* Ciri-ciri Cerpen :
1.jalan ceritanya lebih pendek dari novel.
2.jumlah kata dalam cerpen tidak lebih dari 10.000 kata ( 10 halaman ).
3.biasanya satu kejadian saja yang diceritakan.
4.memiliki alur cerita tunggal.
5.penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam dan singkat.
*Struktur Cerpen :
> Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek
yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa
juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam
artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
> Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang
berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
> Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan
secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun
watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian
komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
> Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah
pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang
terjadi tersebut.
> Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi
yang dialami tokoh.
> Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang
dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.
Berikut ini adalah contoh cerpen yang tidak lebih dari 15.000 kata. Semoga bermanfaat...
Angin Tak Pernah
Meminta Balasan
By
: Dewi yusniawati
“Teeett…teeett…teeett…Bel sekolah Adelia berdering
dengan nyaringnya. Adelia keluar dari kelasnya dan langsung pergi menuju
kantin. Ia tak pernah sarapan sebelum berangkat sekolah. Ya.. jam 10 waktu
istirahat itulah waktu sarapannya.
“Hee..”
kejut Sinta. Ia adalah sahabat dekat Adelia semenjak Adelia berada di pondok
pesantren. Ketika itu, ia juga berada di kantin sekolah.
“
Dasar kamu ini, hobi banget deh bikin orang kaget.” Jawab Adelia dengan
mengerutkan dahinya.
“Kamu
beli apa?” lanjut Adelia.
“Beli
gorengan aja. Kamu beli apa?” Tanya Sinta sembari duduk disamping Adelia.
“Beli
nasi.. aku belum sarapan tadi pagi.” Jawab Adelia.
“Oh
yaudah, aku ke kelas duluan ya Bunda.” Kata Sinta kepada Adelia. Ia sering
memanggil Adelia dengan sebutan Bunda.
“Oh
iya nek..” jawab Adelia dengan nada bercanda.
Kebiasaan
Adelia setelah perutnya kenyang adalah pergi ke sebuah bangku di taman area
sekolahnya. Ia duduk bersandar sembari memegang perutnya yang buncit itu.
“Alhamdulillah.
Hari ini Allah masih memberiku kenikmatan dengan perut yang kenyang ini.” Gumam
Adelia sendiri di bangku itu. Ia tak pernah lupa bersyukur atas nikmat Allah
yang telah dilimpahkan kepadanya. Ketika
sedang bersandar dan menatap langit yang cerah, Adelia tiba-tiba teringat akan
semua kisah hidupnya dulu. Ia termenung sendiri di atas bangku taman itu.
(
Flashback )
Adelia
adalah anak yang cerdas di dalam keluarganya, dibandingkan dengan kakak-kakak
laki-lakinya. Ia adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Adelia hampir tidak
diterima masuk di sekolah dasar tempat sekolahnya dulu karena dia adalah
seorang murid pindahan. Sebelumnya, keluarga Adelia berada di kota Surabaya.
Namun karena sesuatu hal yang terjadi di dalam keluarganya, mengharuskan mereka
berhijrah dan saat ini keluarga Adelia bertempat tinggal di kota Pasuruan.
Berkat kerja keras ayahnya yang memaksa kepala sekolah
dari sekolah dasar tersebut, akhirnya Adelia pun diterima di sekolah itu. Kehadiran
Adelia, tidak membuat kepala sekolahnya kecewa. Bahkan Adelia membuat bangga
orang tua dan sekolahnya. Terbukti semenjak ia di sekolah itu, berbagai
prestasi telah ia raih. Ia mengikuti berbagai lomba dan menjuarainya. Ia bahkan
menjuarai lomba SAINS tingkat nasional. Ia juga menggapai tropi juara 1 lomba
mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) se Kabupaten tempat ia berada.
Potensi akademik dan religius yang
dimiliki Adelia, orang tuanya berniat untuk memasukkan Adelia ke pondok
pesantren modern agar ia dapat menjadi anak yang berakhlak mulia. Tetapi Adelia
menolak. Ia lebih memilih untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang formal saja.
“Adel,
ibu berniat untuk memasukkanmu ke pondok pesantren saja. Kamu maukan?” Tanya
Ibu Adelia sembari memperlihatkan brosur salah satu pesantren ternama.
“Iya
Adel. Lebih baik kamu sekolah di pesantren saja. Disamping bersekolah, kamu
nanti akan mendapat ilmu agama juga. Pergaulan remaja sekarang sudah sangat
memprihatinkan.” Sahut ayahnya yang keluar dari kamar.
“Tapi
Adel belum siap dengan kehidupan pesantren yah… Adel belum siap jauh dari Ayah
dan Ibu.” Jawab Adel dengan wajah khawatir.
“Mungkin
awalnya kamu tidak terbiasa, tapi lama-kelamaan kamu pasti akan terbiasa Adel.”
Lanjut Ibu dengan penuh nasehat.
“Tidak
bu, lagi pula temen-temen Adel banyak yang melanjutkan sekolahnya di SMP-SMP
favorit. Adel sekolah SMP aja.”
Mendengar
keputusan itu, orang tua Adel mengiyakan keinginannya. Ia pun melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama favorit yang tidak jauh dari rumahnya. Setiap hari ia
berangkat ke sekolah diantarkan Ayah ataupun saudara laki-lakinya. Begitu pula
ketika pulang, Adel tak pernah pulang sendiri. Ia terbiasa menunggu Ayah
menjemputnya di depan gerbang sekolah.
¤¤¤
Adel
diterima dan masuk di kelas unggulan di SMP tersebut. Di kelas 7, prestasi Adel
tetaplah seperti ketika ia berada di sekolah dasar. Ia selalu menjuarai
peringkat pertama di kelasnya. Namun semua berubah 360° saat ia mengenal Rega.
Rega
adalah seorang teman sekolah yang berbeda kelas dengan Adelia. Adelia duduk
dikelas 7a sedangkan Rega duduk di kelas 7e bersama Putri (orang yang
memperkenalkan Rega kepadanya). Semenjak Adelia dekat dengan Rega, perilakunya
sangat berbeda dari sebelumnya. Pergaulannya telah terkontaminasi dengan
anak-anak brandal, teman-teman Rega. Tak jarang pula Putri mengajak Adelia
untuk pergi keluar hanya sekedar hangout dengan Rega.
“Hay
Lia..” sapa Putri kepada Adelia yang baru saja keluar dari kelasnya.
“Oh..
Hay Put.” Jawab Adelia sambil melambaikan tangannya.
“Pulang
sekolah keluar yuk, Lia. Ke alun-alun kota. Sama Rega juga loh..” ajak Putri
kepada Adelia.
“Entahlah
put. Aku harus langsung pulang, ayah menjemputku.” Jawab Adel. Adelia bingung
dengan ajakan Putri itu. Disisi lain ia ingin keluar bersama Rega, tetapi
disisi lain lagi ia takut dengan ayahnya.
“Udahlah
itu urusan gampang. Nanti kamu sms ayah kamu aja, nih pake ponselku. Bilang aja
kalau kamu pulang telat, kerja kelompok. Bereskan.” Bujuk Putri lagi.
Dengan
rasa bimbang, Adelia menerima ajakan Putri. Sejak saat itulah Adelia berubah
menjadi remaja yang bebas akibat pengaruh temannya. Ia sering membohongi kedua
orang tuanya demi keluar bersama teman-temannya. Padahal sebelumnya, ia adalah
anak yang pendiam dan tak pernah berani membohongi orang tuanya. Karena
kebohongan itulah menyebabkan banyak kebohongan lagi yang dilakukan olehnya.
Setelah
Rega dan Adelia semakin dekat, Rega pun mulai jatuh hati kepada Adelia dan ia
pun menyatakan perasaannya. Kemudian mereka mulai menjalin suatu hubungan.
Selama mereka menjalin hubungan, Rega memiliki pengaruh besar terhadap
perubahan perilaku Adelia. Tak jarang Rega mengajaknya ke sebuah club-club
malam. Dan disanalah Adelia mulai mengenal obat-obatan terlarang dan dunia
malam yang penuh kemaksiatan.
Dunia
gelap Adelia terus berlanjut sampai ia memasuki kelas 9. Kala itu nilai Adelia
benar-benar anjlok dan ia harus masuk ke kelas terendah yaitu 9G. kedua orang
tuanya, terutama ibunya sangat kecewa kepada Adelia. Bagaimana tidak ? seorang
Adelia yang lugu dan beprestasi, serta penurut berubah menjadi seorang yang
sangat brutal. Ia tak pernah lagi mendengarkan nasehat-nasehat orang tuanya.
“Kamu
itu jangan main terus sama temen-temen kamu! Lihat apa yang kamu peroleh
sekarang! Bisa-bisanya kamu hanya puas dengan nilai serendah ini Adel!” kata
ibunya sambil menghela nafas dalam-dalam.
“Apa
gunanya sih pinter. Dulu Adelkan udah pinter. Sekarang terserah Adel dong mau
kayak gimana.” Bantah Adel kepada ibunya.
“Astaghfirullah
Adel.. kamu sekarang berani ya sama ibu.”
“Udah
bu, Adel capek denger celotehan ibu.”
¤¤¤
Adel
berkali-kali keluar masuk ruangan BK (Bimbingan Konseling). Bukan karena suka
dengan gurunya, namun karena ia sering melakukan pelanggaran di sekolahnya.
Bahkan ia hampir dikeluarkan dari sekolah karena banyaknya poin yang telah ia
kumpulkan.
“Kurang
10 poin saja kamu akan dikeluarkan Adel. Kamu tidak kasihan dengan orang tua
yang banting tulang buat biayain sekolah kamu apa! Kamu kan belum bisa cari
uang sendiri. Apa kamu tidak memiliki cita-cita yang ingin kamu raih untuk
membahagiakan orang tuamu? Apa kamu siap kalau sewaktu-waktu orang tuamu
meninggal, apa yang sudah kamu berikan untuk mereka?” nasehat Bu Yuli yang kala
itu adalah guru BK di sekolah Adelia.
Adel
mulai memikirkan semua perkataan yang dilontarkan kepadanya. Ia teringat dengan
kedua orang tuanya yang selama ini mendidiknya dengan baik.
“iya
bu. Adel minta maaf.” Jawab Adelia dengan terisak. Hanya kata itulah yang
keluar dari mulutnya.
Hari
demi hari telah berlalu. Adel selalu terfikirkan akan nasehat dari guru BKnya
itu. Hatinya yang penuh kegelapan, berangsur-angsur mendapat cahaya kembali.
Hati Adelia mulai terbuka. Ia ingin merubah perilakunya kembali.Adelia
termenung sendiri di taman sekolahnya. Ia duduk di sebuah bangku di bawah pohon
besar dekat musholla.
“Ya
Allah. Apa yang telah aku perbuat untuk kedua orang tuaku selama ini. Aku tak
pernah membahagiakan mereka. Yang aku lakukan hanyalah membuat mereka marah,
kecewa, dan malu memiliki anak sepertiku. Aku ingin merubah semua ini. Aku tau
Engkau tak akan merubah suatu kaum, sebelum kaum itu merubah diri mereka.”
Gumam Adelia di dalam hatinya.
Adelia
menangis terseduh-seduh di atas bangku itu. Konflik batin yang ia alam
menyadarkannya bahwa hidup hanyalah sekali. Ia tak ingin lagi hidup dengan
terperdaya dunia gelap yang pernah ia alami.
¤¤¤
Ujian
Nasional di depan mata. Adelia berusaha mengisi waktu-waktunya dengan belajar,
mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. Ia berharap nilai ujiannya nanti
menjadi yang terbaik. Dengan motivasi itulah dia bangkit dan kembali menjadi
anak yang rajin.
“Temen-temen,
semangat ya. Semoga kita bisa lulus dengan nilai memuaskan.” Seru Adelia
sembari memasuki ruang ujian.
Ya,
hari itu tiba. Hari penentuan Adelia selama 3 tahun bersekolah. Adelia melewati
ujiannya dengan lancer. Ia akhirnya lulus dengan prestasi yang tak
terduga-duga. Berkat kerja kerasnya
dalam belajar, nilai UN Adelia terbaik di sekolahnya. Tak lupa ia
bersyukur kepada Allah s.w.t tentang nikmat yang telah ia dapatkan itu.
Hidayah
tak kunjung berhenti menghampiri Adelia. Setelah lulus dari sekolah menengah
pertama, ia melanjutkan studinya ke sebuah pesantren modern di kota Pasuruan.
Kala itu, hati Adelia tergoncang dan memilih melanjutkan sekolahnya ke sebuah
pesantren. Ia merasa, disitu ia akan mempelajari ilmu agama lebih banyak.
Disana pula ia banyak belajar tentang berharganya sebuah keluarga. Ia harus
jauh dari keluarganya demi mencari ilmu yang dapat mengangkat derajatnya dan
keluarganya kelak,yang
ada dalam benak Adelia sekarang hanyalah menata masa depannya. Ia juga berharap
menjadi manusia yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Karena sebaik-baik
manusia adalah yang berguna bagi manusia lain.
“Doorr..”kejut
Sinta sambil mendorong punggung Adelia.
“Ehhh..
kirain siapa. Ngagetin aja sih, Sin.” Omel Adelia kepada Sinta
“Habisnya
kamu ngelamun melulu. Apa sih yang difikirin.? Bel masuk udah bunyi tuh..”
jawab Sinta sambil menarik lengan Adelia.
¤¤¤
By
the way, sekarang Adelia telah meninggalkan dunia gelapnya. Disamping ia
mencari ilmu di pesantren, kini Adelia telah menjadi Hafizt Al-qur’an yang
telah hafal 15 juz. Terus semangat Adelia, semoga Allah senantiasa
melindungimu. Dan semoga Allah
melancarkan impianmu itu hingga 30 juz. Aamiin.
“Positive
Thinking, itulah kuncinya. Orang baik bukanlah orang yang tak pernah berbuat
salah. Tapi orang baik adalah bagaimana ia merubah sebuah perilaku yang salah.
Janganlah larut dalam sebuah masalah. Belajarlah lebih bijak dalam
menyikapinya. Be better.. jadilah seperti angin. Selalu menyejukkan, dan
menjadi kunci kehidupan. Selalu merasa dibutuhkan. Tapi angin yang berhembus
tak pernah meminta balasan.” Adelia.
¤¤¤
“TAMAT”
0 Komentar untuk : Materi Cerpen ( Cerita Pendek ) beserta contoh